Rabu, 19 November 2008

Obat Mendung

Terkadang suasana hati selaras dengan suasana alam.

Semalam perjalanan pulang menghabiskan waktu dua kali lipat dari biasanya. Hujan yang kembali mengguyur mulai jam setengah sepuluh menghambat niatku pulang. Bepergian dalam keadaan hujan di Kota Semarang tidak hanya memikirkan basahnya tubuh, tapi terutama jalur mana yang bebas banjir. Alhasil, selain lambatnya laju motor karena lebih berhati-hati, perjalanan lebih panjang karena terpaksa mencari jalur yang aman. Sesampai di rumah, badan yang sudah letih seharian terasa bertambah letih.

Pagi tadi bangun dengan rasa pegal-pegal tersisa. Otot di pundak kanan terasa menjadi pusatnya. Malas beranjak menjadi selimut. Sebelum setengah sepuluh—lagi-lagi—hujan turun. Keramaian ibu-ibu tetangga yang sedang asyik berbelanja di depan rumahku langsung menyebar. Di dalam rumah, ritualku bersiap ke kantor terasa lambat.
Mendung masih tersisa setelah hujan. “Aah...aku akan ditemani mendung lagi hari ini,” batinku. Suasana hatiku pun sedang mendung. Perdebatan yang menyisakan ketidakenakan karena perbedaan persepsi antara dua kepala-dua hati barusan terjadi. Pas benar.
Ketika sedang menyiapkan dan memanasi motor, tiba-tiba ada suara seseorang menyanyikan lagu yang aku kenal. Aah, seorang pengamen di hari yang mendung. Tunggu dulu, lagu ini kan lagu yang aku suka. Dan, bibirku otomatis tersenyum sendiri....

Saben wayah lingsir wengi
Mripat iki ora biso turu
Tansah kelingan sliramu
Wong ayu kang dadi pepujanku

Bingung rasane atiku
Arep sambat nanging karo sopo
Nyatane ora kuwowo
Nyesake atiku sansoyo nelongso

Wis tak lali-lali
Malah sansoyo kelingan
Nganti tekan mbesok kapan nggonku
mendem ora biso turu

Si bapak pengamen mengakhiri lagunya. Padahal, bait yang paling aku tunggu belum dinyanyikannya. Tampaknya dia tahu aku sengaja mengulur-ulur waktu pemberian honor. Sambil memberikan honornya aku bilang,”Lho kok sampun mandek, Pak?”.
Sambil bersenandung aku teruskan lagu itu sebisaku. Maturnuwun sudah membuat mood-ku kembali.

Opo iki sing jenenge
Wong kang lagi ke taman asmoro
Prasasat ra biso lali
esuk awan bengi tansah mbedo ati

(Lagu Campursari Ketaman Asmara oleh Didi Kempot)

Tidak ada komentar: