Selasa, 25 Maret 2008

Wonosobo Food Fest....yummy!


Makan siang kali itu sangat mengesankan.
Sebuah perjalanan yang dipungkasi dengan sebuah prosesi yang tak terlupakan.
Kenikmatannya masih terasa di segenap panca indra hingga detik ini. Padahal, pengalaman itu terukir lebih dari sebulan yang lalu.
Setelah setengah hari yang padat dengan kunjungan menengok ratusan batu bersusun yang berusia ratusan kali lipat dari umur kami.
Setelah setengah hari dipeluk erat dengan dinginnya udara, tebalnya kabut, dan rintik gerimis yang terus menemani.
Setelah bangun dini hari dari dua jam waktu tersisa untuk meluruskan badan dan mengistirahatkan mata.

Makan siang di kota Wonosobo kali itu memang sangat mengesankan.
Apalagi kalau bukan menikmati makanan khas kota sejuk itu...MI ONGKLOK!
Dengan rekomendasi dari putra terbaik Wonosobo yang ada di kantor kami (hi..hi..hi..hidup Mr Meri!) bertujuh kami mencari yang namanya “Mi Ongklok Mbak Umi”.

Warung yang tidak begitu besar itu langsung penuh ketika kami masuk. Pesan? Mi ongklok tujuh dan dua porsi sate sapi dan tentu saja minuman.
Sembari menanti pesanan dibuat, ada pemandangan indah di depan mata. Yeah, ada beberapa nampan berisi camilan khas Wonosobo lainnya yang sayang dianggurkan. Ada geblek dan tempe kemul. Jadilah, belasan camilan itu segera berpindah ke perut-perut lapar kami. Rasanya? Tempe kemul-nya lebih gurih dan maknyus dibandingkan jenis yang sama yang saat sarapan disajikan pihak hotel. Geblek-nya? Enak juga sih...hanya kalah enak yang pernah aku makan ketika beli saat ada acara di Telaga Menjer yang ada di bawah Dieng. Geblek yang itu masih panas dan langsung dari penjual gendongannya. Muantaap rasanya ;)

Mi ongklok dan sate sapi hadir di meja.
Mangkok sedang besarnya itu penuh dengan campuran mi, kol, daun bawang, dan saus kental yang manis. Makanan sederhana yang unik. Kenikmatannya bertambah saat ulegan cabe dicampurkan ke mangkok. Rasa manis gurih dari saus kental tadi berpadu dengan gurihnya mi dan segarnya kol dan daun bawang. Belum lagi dengan lembutnya suwiran daging ayam dan sedapnya taburan bawang merah goreng ditambah sedikit pedas dari cabe uleg tadi. Lidah semakin menemukan jodohnya saat merasakan sate sapi yang benar-benar gurih karena dibakar dalam potongan kecil dan diracik dengan bumbu kacang. Tak perlu menunggu waktu berputar lama untuk melihat isi mangkok hilang dari pandangan.

Semua orang puas dengan sensasi nikmat ini. Satu mangkok mi ongklok yang nikmat cukup untuk membuat sebuah kenangan manis tentang Wonosobo. Untuk memperpanjang kenangan ini hampir semua anggota rombongan membungkus pulang geblek dan tempe kemul yang tersisa hingga habis.

Puas? Makan siang yang menyenangkan memang, tapi masih ada yang belum terlengkapi. Dini hari ketika kami masuk Wonosobo kami kehabisan wedang ronde-nya....bukan wedang ronde biasa, tapi di kota ini wedang ronde-nya plus emping. Wedang ronde kok pakai emping? he..he..jadi teringat kata-kata Mr Meri saat ke Wonosobo beberapa waktu sebelumnya, “Aku diketawain anak-anak produksi pas bilang kalau di Wonosobo wedang ronde-nya pakai emping”.

addiction

I’m addicted to ctrl-f.

Kata-kata itu yang aku ucapkan saat berdiri di hadapan puluhan orang yang berkumpul sebagai anggota kelompok pecandu di sebuah unit rehabilitasi. Hanya sebuah bayangan yang suka ada di scene film, tapi benar-benar terbayang jawaban itu yang aku ucapkan saat ditanya apa yang bikin aku tergantung.
Ya. Masing-masing orang punya kecanduan pada objek yang berbeda-beda. Ada yang kecanduan kopi, kecanduan rokok, kecanduan tidur, kecanduan makan, kecanduan cinta, atau yang sepele tapi penting kecanduan udara. Dan aku, selama ini ternyata kecanduan aplikasi sistem komputer, terutama saat mengoperasikan file program dengan ekstensi .doc atau .xls
Tiga hari ini dikejar-kejar dengan pertanyaan temen grafis, “Gi, dharmacala-ne ndi?” Huuuuuh!!!!!!!!! seandainya saja aku bisa tinggal menekan “Ctrl-F” di keyboard lalu menulis kata “dharmacala” atau “dharmasala”. Pasti dalam hitungan detik akan segera muncul di mana saja kata itu terkandung dengan nyaman.
Bayanganku, akan muncul dengan manisnya kalimat ini “dharmasala adalah bangunan yang digunakan sebagai persinggahan sementara para peziarah sebelum melakukan pemujaan di candi”.
Sayang seribu sayang....kalimat itu atau dengan susunan yang lainnya ada di satu atau dua lembar dari ratusan lembar yang ada di beberapa buku literatur tentang Candi Dieng. Aku yakin pernah membaca pengertian “dharmasala” di salah satu atau dua dari tumpukan buku itu.
Masalahnya, AKU LUPA! Dan aku merasa butuh “Ctrl-F” hu..hu..hu...
Apakah tersembunyi di buku Dieng Poros Dunia? Sedjarah Kuno Bangunan Candi Dieng? Ensiklopedi Indonesian Heritage seri Arsitektur atau yang seri Sejarah Awal? Atau di buku-buku dapat pinjam dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah, tapi yang mana ya? Yang Studi Pemintakatan Kompleks Candi Dieng atau yang Laporan Konservasi Kompleks Candi Arjuna?
Masalahnya, tidak ada aplikasi apapun yang bisa menghubungkan sistem pencarian “Ctrl-F” dengan lembar-lembar kertas itu kecuali kekuatan memoriku yang payah ini.
End of story? Sampai detik terakhir deadline kekuatan memoriku tidak menghasilkan apapun ;( pengertian dharmasala aku ambil dari file foto yang aku ingat benar letaknya di mana. Namanya juga gambar....siapa yang tidak mengingatnya.
Hu..hu..hu..jadi pingin “Undo” atau “Refresh” nih....

Kamis, 13 Maret 2008

langkah penting3

untuk setiap detik pada tahun kedelapan bulan ketiga hari kesepuluh-kesebelas-keduabelas yang penuh dengan gejolak -- segala puji untuk Tuhan Sang Sutradara Semesta


lewat sudah tiga hari tuk selamanya
dan kekallah detik detik di dalamnya
tunggu sejuta rasa di hati

yang dulu diingkari
mungkinkah cinta itu disana
dua hati merekah

bagai mimpi terwujud tak disadari
kata hati tak semua didengarkan lagi
waktu berpacu harap pun jadi
hasrat tuk memiliki
kini tersisa reka semata
cara untuk kembali

semula indah terasa
mereka seribu rencana
mungkinkah hati miliki kembaran rasas

emua henti di sana… percuma

langit biru setiap liku jalan itu
akan selalu melukiskan kisah itu
rindu yang kian terbendung lama
akan mencapai batasnya
terbuai indah kenangan baru
sesal jadi menyatu
segalanya tlah berlalu

semula indah terasa
mereka seribu rencana
rindu yang kian terbendung lama

tlah mencapai batasnya
kini tersisa reka semata
cara untuk kembali
semula indah terasa
mereka seribu rencana
mungkinkah hati miliki kembaran rasa

semua henti disana… percuma
semua henti di sana… percuma

(tiga hari untuk selamanya--float)

Minggu, 09 Maret 2008

langkah penting (ii)

tahun kedelapan bulan ketiga hari kedelapan
satu langkah penting lagi kembali ditapak
with all wishes in the air
with all supports from every direction
in the name of Allah.......

Rabu, 05 Maret 2008

Hmmm.....

Untuk Perempuan.........(So7)

Jangan mengejarnya
Jangan mencarinya
Dia yang kan menemukanmu
Kau mekar di hatinya, di hari yang tepat

Jangan mengejarku
Dan jangan mencariku
Aku yang kan menemukanmu
Kau mekar di hatiku, di hari yang tepat

Tidaklah mawar hampiri kumbang
Bukanlah cinta bila kau kejar
Tenanglah tenang
Dia kan datang
Dan memungutmu ke hatinya yang terdalam
Bahkan dia tak kan bertahan tanpamu

Sibukkan harimu
Jangan pikirkanku
Takdir yang kan menuntunku
Pulang kepadamu
Di hari yang tepat

Tidaklah mawar hampiri kumbang
Bukanlah cinta bila kau kejar
Tenanglah tenang
Aku kan datang
Dan memungutmu ke hatiku yang terdalam
Bahkan ku tak kan bertahan tanpamu

Aku yang kan datang
Aku yang kan datang
Aku yang kan datang
Aku yang kan datang
Aku yang kan datang
Aku yang kan datang
Aku yang kan datang
Aku yang kan datang