Rabu, 26 Desember 2007

amuk alam di akhir tahun

hari ini ada deretan bencana alam di wilayah Jateng.
Tanah longsor, banjir, angin ribut.
Setidaknya 60 orang melayang jiwanya.
Longsor di Tawangmangu paling parah.

Dari pagi tadi udah masuk sms perintah tugas dari bos buat updating data bencana.
Sampe kantor, nyetel tipi.
Suasana bencana.
Bareng iwn berkali-kali updating data korban.
Menghitung ulang berapa nyawa yang ilang.

Itulah ketika nyawa hanya sebatas angka.
Kuantitas.
Mungkin tidak sedahsyat tahun lalu di mana gempa dan tsunami merenggut lebih dari seribu nyawa di sini.

Bagaimana pun satu nyawa pun tetap sangat berharga.


Meletihkan.

Sabtu, 22 Desember 2007

Mommy

Hari ini Indonesia memeringati hari Ibu.
Entah ada latar belakang politis, ekonomis, atau sekedar sebuah alasan simpel demi menghargai jasa sosok ibu.
Hari ini televisi kita kompak memakai tema hari ibu pada hampir setiap programnya.
Artis-artis diwawancarai mengenai arti ibu bagi mereka.
Bahkan, acara masak selebritis di salah satu stasiun televisi pun dibandrol "memasak untuk ibu tersayang".
Kemesraan dan curahan cinta untuk para ibu bertaburan di televisi.
Sementara aku menonton adegan demi adegan itu dengan rasa iri.
Kata orang, iri tanda tak mampu....memang aku tak mampu untuk itu.
Aku bahkan sudah lupa kapan terakhir aku memeluk ibuku.
Aku juga lupa apakah pernah aku bilang sayang pada ibuku.
Yang aku ingat adalah hari terakhir aku melihatnya tertawa dan menangis sekaligus dikelilingi anak-anaknya.
Yang aku juga ingat adalah saat-saat terakhir dia berjuang melepaskan nafasnya.
Aku juga ingat ketika aku memandikannya terakhir sebelum didandani untuk kembali ke bumi.
Sekarang....
Hanya doa dan syukur karena dia sudah ada di pelukan terhangat.

Huuuaaaaah, kerinduan yang tidak ada obatnya
Tarik napas.....keluarkan

Kamis, 20 Desember 2007

Sapa sih CIMUT?



Namanya Cimut.
Artinya apa ya? Apa maksude si imut (yang diplesetkan jadi ci imut=cimut)
Kulitnya coklat agak terang dengan dua daun telinga kecil tegak menunjuk langit.
Biar masih mungil Cimut udah tau gaya, liat aja udah pake poni segala. Wuih...
Dot merah mengunci mulutnya sementara semacam serbet putih berenda yang biasa dipake bayi pas makan juga menggantung di lehernya.
Bentar. Tangan kirinya ke atas dan jarinya menunjuk lurus ke samping agak belakang. Meski sebenernya kalo diperhatikan...hmm...komposisi yang aneh.
Dan yang paling aneh.....aku ga kenal diaaa! Bahkan aku juga ga tau kapan dia lahir.
Cimut...sapa sih kamu?????

Aku ngerasa kecolongan karena keluarga besarnya aku kenal semua...dulu.
Malah dulu aku akrab banget ma keluarga si cimut ini.
Uuuuh, kenapa ga ada yang ngasih tau aku yaa..

Aku kenal Bobo dan adik-adiknya Coreng dan Upik, sama temennya Doni.
Aku juga kenal ma Bapak dan Emak si Bobo.
Juga Paman Gembul.
Terus? Apa Cimut nih adik paling kecilnya Bobo? Trus kapan lairnya?
Ato keponakan Bobo bersaudara, yang artinya anaknya Paman Gembul (eh, btw, Paman Gembul tuh masih keluarga mereka kan? Uuh, jadi ga yakin). Kalo gitu Paman Gembul udah merit dong, trus sama sapa ya? Eh, kapan meritnya ya?
Ato adiknya Doni?

Rantai pertanyaan-pertanyaan ini muncul hanya karena satu hari ada temen ngasih selembar stiker persegi panjang.
Di atasnya tertulis “bobo JUNIOR”.
Di bawahnya berderet delapan stiker bulat yang masing-masing isinya headshot dari anggota keluarga Bobo ‘n friend.
Nah, Cimut ini yang jadi unidentified profile.
Jadi inget ma saat2 masih akrab dengan Majalah Bobo yang sampai sekarang terakhir Jumat lalu masih aku liat di warung ter-display.
Dongeng n cerita anak-anak yang berpelajaran.
Nirmala, Oki, dan Nenek Sihir...yang lain yang paling aku inget.
Majalah Bobo is a legend!
Moga tetep banyak bahan bacaan bermutu buat anak-anak.
N buat anak-anak di manapun.....tolong biasakan untuk suka membaca yaa.
Itu lebih berguna daripada membiasakan diri menonton. Apalagi saat televisi sedang tidak banyak memberikan pilihan yang mendidik. Televisi saat ini memang.............Ups! kok jadi melebar ngomongin televisi segala yaa.
Fokus ke Cimut n his family.
Waaah, pertanyaan lagi nih....kok aku pake his ya?jangan-jangan Cimut is a girl? So, last question, is Cimut a boy or a girl?




Pertemuan dan Perpisahan di Sekeping Uang



Momen itu datang juga.
Aku tidak suka perpisahan.
Berat pasti terasa, meski sebenarnya itu terjadi beberapa saat sebelum dan beberapa saat setelah momen perpisahan secara resmi terjadi.
Semakin mendekati momen, emosi teraduk dan sulit lagi menentukan apakah karena itu atau sebab yang lain.
Satu tahun pada Desember 2005.
Dua tahun pada Desember 2006.
Tiga tahun pada Desember 2007.
Untungnya, momen itu terjadi dengan sempurna.
Kenang-kenangan yang kami-aku dan temen-temen yang lain-siapkan menjadi penyempurnanya.
Patung-patung kecil dari seekor kerbau dan gembalanya serta sang semar.
Pernah satu saat aku bertanya kenapa dengan keduanya.
Jawabnya, keduanya adalah simbolisasi kehidupan yang bersahaja.
Sang Semar adalah guru dan rakyat sekaligus.
Anak gembala adalah penggambaran rakyat kecil yang juga merupakan pengamat kehidupan terbaik.
Dua benda kecil itu akan melengkapi yang sudah ada.
Selama ini dia selalu ditemani dengan patung gembala kecil yang duduk memanggul kepala kerbau dan gantungan kunci dengan ukiran Semar.
Sebenarnya dua kesayangannya itulah yang menjadi inspirasi.
Untungnya ada temen perajin yang bisa merealisasikannya.
Huuuuaaaaah!
Akhir tahun yang luar biasa.

Thanx to my great boss, teacher, and friend in everyway ;)
Next year will be our new step in ourown way.

Luar biasa...ketika menyadari betapa orang lain bisa jadi memahami dan menerima kita seperti apa adanya kita.

Minggu, 16 Desember 2007

Terdampar di dunia lain





SENSASI KARIMUNJAWA


Saat kapal merapat di dermaga Pulau Karimunjawa, petualangan pun dimulai. Dari pulau terbesar gugusan Kepulauan Karimunjawa ini, berbagai aktivitas menarik dapat melonggarkan kepenatan. Banyak hal baru yang patut dimasukkan kenangan selama berakhir pekan di sana.

Berbagai potret keindahan alam dan keunikan kehidupan masyarakatnya patut diabadikan. Dengan menumpang Kapal Motor Cepat Kartini yang berlayar pagi hari dari Pelabuhan Tanjung Mas, Kota Semarang, empat jam kemudian sampailah di Pulau Karimunjawa.

Setelah melepas lelah dan menyegarkan diri di penginapan yang terpusat di tengah kota, pengunjung dapat segera memulai penjelajahannya. Suasana sore di dermaga menjadi pilihan menarik.

Keramahan penduduk membuat pengunjung tidak perlu segan bergabung. Bahkan meminjam kail untuk memancing sekalipun tampak begitu mudah. Ketika malam tiba, saatnya mengistirahatkan badan. Yang masih ingin beraktivitas dapat mengisi waktu dengan memancing di laut dalam suasana ketenangan malam hari.

Suasana pagi tidak kalah menarik untuk dinikmati. Sambil berolahraga dan menghirup kesegaran udara tanpa polusi, pengunjung dapat berjalan ke arah pasar krempyeng yang menggeliat pukul 05.00 hingga 08.00.

Di tengah hiruk pikuk pasar, wisatawan dapat menemukan sejumlah dagangan khas yang mungkin sudah jarang dinikmati di kota, misalnya aneka jajan pasar. Di tepi pasar, sebaris pedagang menggelar cenderamata khas Karimunjawa dengan harga terjangkau. Ikan laut yang diasinkan, rumput laut kering, dan berbagai kerajinan dari kayu dan kulit penyu memenuhi dasaran. Bagi yang menyukai tanaman, berbagai koleksi bonsai tanaman setigi, kalimasada, dan dewadaru pasti tak kalah menariknya untuk dikoleksi.

Setelah matahari mulai tinggi, petualangan dilanjutkan ke luar Pulau Karimunjawa. Dengan menyewa kapal kaca, wisatawan dapat menikmati wisata bahari. "Luar biasa!" seru Yurman (30), wisatawan asal Semarang, setelah snorkling di perairan dekat Pulau Menjangan Kecil, Minggu (2/4). Dia mengaku apa yang dilihat saat itu melebihi bayangannya selama ini. Melihat penangkaran ikan hiu dan menjelajahi pulau-pulau kecil lainnya membuat waktu cepat berlalu. Di dermaga Pulau Karimunjawa, kenangan akhir pekan yang mengesankan terpaksa diakhiri. (Kompas Jawa Tengah, 8 April 2006, tidak termasuk foto-foto)

Keterangan Foto (searah jarum jam):
1. KMC Kartini I Rute Semarang-Karimunjawa-Suasana Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, pagi hari sebelum keberangkatan.
2. KMP Muria Rute Jepara-Karimunjawa-Suasana bongkar muat kapal yang semuanya ada di sini. Dari orang sampai sayur-mayur, dari sepeda sampai truk, dari beras sampai makanan kecil.
3. Dermaga kapal nelayan-Lepas dini hari di dermaga khusus kapal nelayan di bagian lain dari Pulau Karimunjawa.
4. Secuil Pulau Menjangan Kecil (atau Besar ya? lupa)
5. Penangkaran ikan hiu di salah satu pulau (lupa juga he..he..)

Jumat, 14 Desember 2007

wind of change....

Perubahan sedang terjadi.
Apakah mereka membayangkan apa yang aku bayangkan sebagai konsekuensinya?

Minggu, 09 Desember 2007

Menghujat Para Pemerkosa Sejarah






Udara sejuk menyambut di ketinggian antara 1.200-1.300 mdpl. Matahari belum menempuh setengah dari perjalanannya hari itu. Kenyamanan suasana yang menemani niat serombongan orang untuk sekadar menikmati peninggalan masa lalu yang luar biasa.
Di dekat pintu masuk terdapat papan keterangan yang memuat sejarah candi yang tersebar dengan anggun di sisi lereng Gunung Ungaran tersebut. Namanya, Gedong Songo. Artinya, sembilan bangunan—meski yang masih utuh tinggal lima candi. Pada awalnya, kompleks candi ini disebut Gedong Pitoe (=bangunan tujuh) karena sejumlah itulah saat pertama ditemukan Raffles.
Lima candi berbahan batu andesit yang masih utuh pernah dipugar secara bertahap. Candi Gedong I dan II dipugar tahun 1928-1929 dan 1930-1931 sementara Gedong III, IV, dan V pada 1977-1983. Candi-candi Hindu itu diperkirakan dibangun pada masa antara abad VII – IX Masehi atau semasa dengan kompleks Candi Dieng.
Ciri candi Hindu ditemukan di kompleks ini, yaitu arca atau relief pada relung candi seperti arca Ciwa Mahadewa, Ciwa Mahaguru, Ganeca, Durga Mahisasuramardhini, Nandiswara dan Mahakala serta Yoni pada bilik candi. Keistimewaan Gedong Songo yaitu terdapat arca Gajah dalam posisi jongkok di kaki candi Gedong III, dan Yoni berbentuk persegi panjang pada bilik candi Gedong I.
Sesuai namanya, candi Gedong I terletak paling dekat dengan pintu masuk dibandingkan candi-candi yang lain. Candi yang anggun dengan segala simbolisasi penuh arti mengenai hubungan antara manusia, alam, dewa, dan yang tak terhingga.
Tunggu! Ternyata tak hanya simbolisasi masa lampau yang terpatri di bebatuan yang menyusun indah candi ini. “M HUDI” dan “SIDIK” hanyalah salah dua dari banyak kata yang tergores dalam secara permanen melukai batuan candi. Tidak hanya benda tajam yang menggoresi batu-batu uzur itu. Spidol. Ya, spidol yang merupakan alat tulis dari masa beratus-ratus tahun setelah bebatuan itu disusun ikut mencemarinya. Kali ini tulisannya agak kurang jelas terbaca karena si penulis menulis dengan gaya sok indah yang jelas-jelas terlihat jelek di batu itu. Sederet nama PENJAHAT SEJARAH: “MaTuT, Yudhi, Andry, Q-think”. Mau tahu yang lebih konyol? Tulisan spidol biru ini: “Barang siapa mencoret-coret dinding ini diancam hukuman 5 th penjara. TTD ”.
Vandalisme! Pemerkosaan terhadap sejarah! Si Fulan yang Bodoh! Marah? Ya! Hanya orang bodoh yang tidak mau menghargai apapun di luar dirinya. Mungkin itu kenapa bangsa ini sulit maju. Mental sebagian anaknya yang tidak mampu menghargai sejarah dan apa yang telah ditinggalkan leluhurnya.
Parahnya, aksi vandalis ini tidak hanya ditemukan di satu candi ini. Di manapun kita berjalan silakan lihat dengan seksama, maka akan ditemukan peninggalan pelaku kriminal ini. Ups! Ataukah sebenarnya mereka adalah anak bangsa dengan visi jauh ke depan, yang ingin mencatatkan dirinya (=namanya?) dalam sejarah. Dengan menorehkan sesuatu di batu candi, dinding gua, batang pohon, tembok bangunan, maka orang lain akan membacanya. Dan, mungkin orang yang hidup di masa beratus tahun setelah aksi penorehan sejarah itu dilakukan pun akan membacanya atau bahkan memelajarinya sebagai situs sejarah. Hmmm.....

Selasa, 04 Desember 2007

Ngemil Bubur Campur




Menu yang ini serius (ga boong bener2) ketemunya ga disengaja ;)
Pas siang2 lagi pusing keluar dari salah satu toko kain legendaris di Kranggan....di tempat parkir kepentok ma tempat jualan dorong bubur ini. Ibu penjualnya dengan nada persuasif yang menggoda langsung menawariku. Sebenernya sih bukan masalah laper di perut, tapi masalah “mumpung”...mumpung ketemu yang jual barang langka ini kan he..he..sekalian bertujuan mulia demi nguri-uri kabudayan nagari (ciyee.....bubur tradisional gitu loh).
Setelah diliat2 ternyata komposisinya menarik juga....cantik lagi warnanya. Lihat lah yang sudah tercampur di atas piring...hmm, cantik bukan? (bukan!!)
Jadi, ada tujuh macem bubur yang ditawarkan. Semuanya berbahan tumbuhan asli Indonesia. Yang kotak-kotak kecil warna orange itu ubi jalar, rasanya manis. Terus yang merah itu pasti semua juga tau kalo itu sagu yang biji lho, rasanya...ya kek sagu itu ;p. Serong ke kiri (lihat gambar!) yang warnanya coklat muda itu bubur jewawut—keknya pakan burung ya?—rasanya gurih. Sekarang serong kanan ke bubur yang warnanya kuning cerah itu bubur kacang ijo (kok ga ijo? Ya kan kalo bungkus bijinya yang ijo itu diilangin ya tinggal biji putihnya kalee), rasanya? Enak. Kalo yang coklat satu lagi itu bubur candil, yang manis ada buletan2nya kecil2 itu lho. Yang item pastinya ketan item. Trus yang di pojokan putih itu bubur sumsum.
Ibu yang jualan itu ngeraciknya semua bubur itu diratain (maksudnya ga ditumpuk2) di atas piring, abis itu diguyur pake santan n dimanisin ma kinco (gula jawa diencerin—kalo di Solo keknya pada nyebut juruh ya).
Nah....pan menarik tuh ya. Perpaduan antara rasa dan tampilan. Cuma sayang, pas nanya ke Ibu penjualnya apa nama bubur itu (kirain ada nama tradisional yang eksotisnya)..eeh, si Ibu cuma bilang....”ya namanya Bubur Campur aja, mbak”. Teng...tong...;p