Senin, 25 Agustus 2008

Bandung (2): Kilometer Nol




“ZORG, DAT ALS IK TERUG KOM HIER EEN STAD IS GEBOUWD”
(Coba usahakan, bila aku datang kembali, di tempat ini telah dibangun sebuah kota)

Itulah ucapan seorang HW Daendels yang sangat terkenal sambil menancapkan tongkat kayunya di tanah. Perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkuasa tahun 1808-1811 menjadi kenyataan dan sekarang kota yang dia inginkan masih berdiri dengan segala warnanya. Ya, Kota Bandung.

Kutipan lebih lengkapnya dapat dilihat di PRASASTI BANDOENG KM. “0” (NOL) yang melengkapi sebuah tugu yang menjadi penanda posisi KM. Bd. 0+00.
Tugu ini ada di trotoar depan Kantor Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat yang terletak di kawasan Asia-Afrika.

Sebuah episode yang menyenangkan saat kami menginjak tanah yang pada 1810 diinjak juga oleh seorang HW Daendels. Seorang tokoh lampau yang dengan ambisinya telah mendorong dan memaksa terbentangnya sebuah jalan raya dari Anyer ke Panarukan. Jalan yang terkenal sebagai jalan raya pos atau de groote postweg. Jalan yang pembuatannya memakan banyak korban jiwa rakyat negeri ini. Jalan yang hingga saat ini masih membentang dengan keangkuhan yang masih tersisa di tengah bopeng-bopeng di sekujurnya.

Berdiri di tempat ini sebenarnya bukanlah menjadi tujuanku ke Bandung. De yang ingin menunjukkannya. Jadilah sore itu, dengan tujuan utama survei lapangan untuk tugas pantauan pilkada keesokan harinya dan kebetulan Jalan Asia-Afrika masuk dalam wilayah pantauanku, kami ke sini.

Berfoto menjadi wajib kemudian. Dan ternyata bukan cuma kami yang melihat lokasi ini penting, ada sepasang remaja dan seorang bapak yang dengan serius berusaha mengambil gambar tugu dengan kamera handphone masing-masing sore itu.

“Kayaknya kita harus mengunjungi nol kilometer di tempat lain juga nih,” kata de tiba-tiba.
Seru juga sepertinya...jadilah KM 0 di kota-kota lain menjadi target kami berikutnya. Hmm...kapan ya bisa ke Sabang?

Tidak ada komentar: