Tiba-tiba dia bangun dari tempat tidur dan keluar dari kamar sambil mendekap bantal. Suara pintu kamar sebelah yang tertutup mengikuti beberapa menit kemudian. Istri yang merasa ditinggalkan dalam keadaan emosi segera beranjak mencari tahu.
Pertanyaan muncul di benaknya. Kenapa suami membawa bantal ke kamar sebelah.
Padahal setaunya sebelum dia tinggalkan ke luar kota sehari kemarin kamar itu masih berantakan. Kasur masih terlipat sembarang di atas lantai. Kayu-kayu penyusun dipan pun masih teronggok rapi di pojokan. Beberapa plastik berisi pakaian juga berserakan tak teratur. Intinya, kemarin kamar itu masih berantakan.
Saat pintu dibuka, terlihat suami yang tidur di atas kasur yang sudah tertata di dipan yang sudah berdiri rapi. Lantai bersih tersapu. Tas-tas plastik pakaian pun rapi di pojokan. Kamar terlihat nyaman.
Istri segera mendekati suami yang sok cuek. Istri tertawa-tawa karena merasakan kekonyolan sikap suami yang ternyata ingin menunjukkan hasil kerjanya.
Beberapa jam kemudian, ditelpon.......
Suami : Iya nih, udah ditunggu-tunggu kok ga nengok-nengok ke kamar itu. Padahal kan udah bersih sekarang. Kamu sih ga sensitif. Tidak menghargai kerja keras suami.
Istri : Hihihihi...maap. La kamu kok ya nggak bilang?
Suami : Ya gengsi dong.
Istri : Hehehehe...
Datum dalam kamusku artinya kalender karunia. Rentetan anugerah yang mampir di keseharian yang ramai dan sunyi yang penuh dan kosong yang manis dan pahit yang hebat dan biasa yang kesemuanya adalah pemberian kehidupan. KBBI mengartikan datum sebagai tanggal; hari bulan, sementara Kamus Latin memberi arti pemberian; karunia; kurnia; sedekah; sajian. So, silakan mengartikan sendiri.....
Kamis, 29 Mei 2008
Rabu, 28 Mei 2008
suami vs istri
..................................................................
Suami : Eh, hari ini aku bandel...bandel banget lho.
Istri : Emang ngapain?
Suami : Tadi aku dapat blek krupuknya. udah ada karat-karatnya dikit gitu.
Istri : Harganya berapa?
Suami : Sepuluh ribu. Jadi nanti dicat item sama putih. keren kan...
Istri : Ya. Trus apa lagi?
Suami : Dapat toples lagi yang kayak kemarin. beli dua. disitu ada banyak banget barang-barang loakannya.
Istri : Tutupnya item juga?
Suami : Item.
Istri : Eh, bukannya kemarin katanya toplesnya udah cukup dua aja, kok nambah dua lagi?
Suami : Hehehehe....empat aja cukupnya. ga nambah lagi kok.
Istri : Halaah...liat aja ntar.
Suami : Trus dapat botol beras kencur. kayaknya sih baru, tapi tulisannya masih bersih. bagus. itu tiga ribu lima ratus. sama botol selai. selai apa gitu...dua ribu.
Istri : Piguranya berapa?
Suami : Lima belas ribu. ama beli pilox item biar bagus kan
Istri : Berapa?
Suami : Tujuh belas ribu lima ratus.
Istri : Sebentar-sebentar.......jadi totalnya lima puluh tujuh ribu lima ratus rupiah.
Suami : Banyak ya. Gimana nih?
Istri : Ya terserah. itu artinya kudu lebih keras nyari duitnya kan hehehehe
.........................................................................................................................................
Suami : Eh, hari ini aku bandel...bandel banget lho.
Istri : Emang ngapain?
Suami : Tadi aku dapat blek krupuknya. udah ada karat-karatnya dikit gitu.
Istri : Harganya berapa?
Suami : Sepuluh ribu. Jadi nanti dicat item sama putih. keren kan...
Istri : Ya. Trus apa lagi?
Suami : Dapat toples lagi yang kayak kemarin. beli dua. disitu ada banyak banget barang-barang loakannya.
Istri : Tutupnya item juga?
Suami : Item.
Istri : Eh, bukannya kemarin katanya toplesnya udah cukup dua aja, kok nambah dua lagi?
Suami : Hehehehe....empat aja cukupnya. ga nambah lagi kok.
Istri : Halaah...liat aja ntar.
Suami : Trus dapat botol beras kencur. kayaknya sih baru, tapi tulisannya masih bersih. bagus. itu tiga ribu lima ratus. sama botol selai. selai apa gitu...dua ribu.
Istri : Piguranya berapa?
Suami : Lima belas ribu. ama beli pilox item biar bagus kan
Istri : Berapa?
Suami : Tujuh belas ribu lima ratus.
Istri : Sebentar-sebentar.......jadi totalnya lima puluh tujuh ribu lima ratus rupiah.
Suami : Banyak ya. Gimana nih?
Istri : Ya terserah. itu artinya kudu lebih keras nyari duitnya kan hehehehe
.........................................................................................................................................
Senin, 26 Mei 2008
1st b'day
to day is my first b'day as a couple
i have a friend for the rest of life now
16 days ago was the start point
what a wonderful
thanx God
makasih untuk lelakiku
moga kita panjang jodoh
kebersamaan yang luar biasa
amin
i have a friend for the rest of life now
16 days ago was the start point
what a wonderful
thanx God
makasih untuk lelakiku
moga kita panjang jodoh
kebersamaan yang luar biasa
amin
Senin, 05 Mei 2008
Gula Itu Bernama Kampanye Politik
Ada gula ada semut.
Pepatah yang sangat populer untuk menggambarkan sebuah fenomena saat ada sebuah titik yang mengeluarkan aura daya tarik super kuat ke sekitarnya.
Ini lebih diawali dari karakter semut yang menyukai hal-hal yang "manis". Jadi ketika ada "gula" yang merepresentasikan sebuah ke"manis"an, maka cukuplah prasyarat menjadi daya tarik bagi sang semut.
Sosok semut dapat berupa apapun dan siapapun.
Bisa jadi ormas, kelompok masyarakat, pondok pesantren, pengurus masjid, panti asuhan, atau nama apapun yang dijadikan papan nama untuk mengumpulkan gula-gula yang seringkali bertajuk "sumbangan seikhlasnya".
Kali ini, gula itu bernama kampanye politik.
Hari ini, fenomena itu mampir di depan mata tanpa perlu mencarinya.
Jam 10 pagi lebih sedikit aku sampai ke sebuah blok ruko yang menjadi markas tim sukses salah satu pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah yang akan bertempur 22 Juni mendatang.
Hampir bersamaan, beberapa orang yang sepertinya bukan orang yang bekerja di kantor itu datang. Mereka duduk di sederet kursi yang ada di ruangan sempit di bagian depan kantor yang berfungsi semacam "lobi".
Aku langsung masuk ke ruang dalam-karena feelingku bilang para tamu itu adalah para "semut-semut" tadi. Dan ternyata saat aku tanyakan ke mbaknya yang ada di dalam, dia membenarkan.
Sekitar setengah jam kemudian aku pergi karena orang yang aku tunggu belum muncul.
Satu jam kemudian aku kembali dan duduk di belakang mbaknya.
Tak berapa lama ada seorang bapak berpakaian rapi identik-yang aku lihat duduk di lobi saat aku masuk kantor itu untuk yang kedua kalinya-masuk ke ruangan itu dan duduk di depan mbaknya.
Ternyata untuk menyerahkan proposal juga.
Bapak berwajah bersih dengan sedikit jenggot itu mengenakan baju koko putih yang dipadu celana kain dan sepatu gelap. Rapi.
Tanpa perlu mencuri dengar, aku yang duduk di belakang mbaknya bisa mendengar percakapan mereka.
Si Bapak mengajukan proposal permohonan sumbangan atas nama sebuah panti asuhan yang ada di salah satu tempat di luar Kota Semarang. Dana itu sekiranya untuk memenuhi pos anggaran "kebutuhan sehari-hari" panti yang mengasuh 61 anak tersebut.
Dengan ramahnya mbaknya menerima proposal dari si Bapak. Mbaknya juga menerangkan kalau untuk proposal tersebut kemungkinan tindakan lanjutan dari pihaknya baru akan dilakukan bulan berikutnya, bukan bulan ini.
Alasannya, sudah banyak proposal yang masuk sebelum proposal si Bapak. Dia menyebutkan angka 100. Selain harus prioritas yang sudah lebih dulu masuk, mbaknya juga menerangkan kalau kemungkinan pihaknya akan konsentrasi dulu untuk pemenangan timnya pada pertaruhan 22 Juni mendatang.
Si Bapak langsung waspada mendengar penjelasan ini.
Dia menegaskan apakah ini berarti pengajuan proposalnya tidak akan cepat terealisir.
Dan saat mbaknya mengiyakan, si Bapak terus mengejar apakah ini berarti proposalnya baru akan ditindaklanjuti setelah pencoblosan.
Karena indikasinya mengarah ke situ, si Bapak mencoba bernegosiasi dengan senjata bahwa bukankah kalau proposal itu bisa terealisir sebelum pencoblosan, pasangan calon yang dimaksud dapat sekalian "sosialisasi program" ke mereka. Si Bapak tampaknya mencoba mengingatkan betapa penting korelasi yang ada-antara realisasi proposal dan kesempatan kampanye bagi pasangan calon dimaksud.
Tapi tampaknya, mbaknya tak goyah (atau terlalu capek melakukan rutinitas menerima-memberi pengertian-mendengarkan pengajuan proposal-proposal yang berdatangan).
Setelah usaha negoisasi tak berhasil, si Bapak akhirnya berpamitan.
Proposal si Bapak semakin membuat tumpukan proposal di meja mbaknya meninggi. Aku perkirakan jumlahnya lebih dari lima buah.
Dia bilang, "mbak tinggal sebentar aja, proposalnya udh segini kan."
Dan kami hanya tertawa.
Menertawakan sekaligus salut pada kegigihan "semut mencari gula"
Pepatah yang sangat populer untuk menggambarkan sebuah fenomena saat ada sebuah titik yang mengeluarkan aura daya tarik super kuat ke sekitarnya.
Ini lebih diawali dari karakter semut yang menyukai hal-hal yang "manis". Jadi ketika ada "gula" yang merepresentasikan sebuah ke"manis"an, maka cukuplah prasyarat menjadi daya tarik bagi sang semut.
Sosok semut dapat berupa apapun dan siapapun.
Bisa jadi ormas, kelompok masyarakat, pondok pesantren, pengurus masjid, panti asuhan, atau nama apapun yang dijadikan papan nama untuk mengumpulkan gula-gula yang seringkali bertajuk "sumbangan seikhlasnya".
Kali ini, gula itu bernama kampanye politik.
Hari ini, fenomena itu mampir di depan mata tanpa perlu mencarinya.
Jam 10 pagi lebih sedikit aku sampai ke sebuah blok ruko yang menjadi markas tim sukses salah satu pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah yang akan bertempur 22 Juni mendatang.
Hampir bersamaan, beberapa orang yang sepertinya bukan orang yang bekerja di kantor itu datang. Mereka duduk di sederet kursi yang ada di ruangan sempit di bagian depan kantor yang berfungsi semacam "lobi".
Aku langsung masuk ke ruang dalam-karena feelingku bilang para tamu itu adalah para "semut-semut" tadi. Dan ternyata saat aku tanyakan ke mbaknya yang ada di dalam, dia membenarkan.
Sekitar setengah jam kemudian aku pergi karena orang yang aku tunggu belum muncul.
Satu jam kemudian aku kembali dan duduk di belakang mbaknya.
Tak berapa lama ada seorang bapak berpakaian rapi identik-yang aku lihat duduk di lobi saat aku masuk kantor itu untuk yang kedua kalinya-masuk ke ruangan itu dan duduk di depan mbaknya.
Ternyata untuk menyerahkan proposal juga.
Bapak berwajah bersih dengan sedikit jenggot itu mengenakan baju koko putih yang dipadu celana kain dan sepatu gelap. Rapi.
Tanpa perlu mencuri dengar, aku yang duduk di belakang mbaknya bisa mendengar percakapan mereka.
Si Bapak mengajukan proposal permohonan sumbangan atas nama sebuah panti asuhan yang ada di salah satu tempat di luar Kota Semarang. Dana itu sekiranya untuk memenuhi pos anggaran "kebutuhan sehari-hari" panti yang mengasuh 61 anak tersebut.
Dengan ramahnya mbaknya menerima proposal dari si Bapak. Mbaknya juga menerangkan kalau untuk proposal tersebut kemungkinan tindakan lanjutan dari pihaknya baru akan dilakukan bulan berikutnya, bukan bulan ini.
Alasannya, sudah banyak proposal yang masuk sebelum proposal si Bapak. Dia menyebutkan angka 100. Selain harus prioritas yang sudah lebih dulu masuk, mbaknya juga menerangkan kalau kemungkinan pihaknya akan konsentrasi dulu untuk pemenangan timnya pada pertaruhan 22 Juni mendatang.
Si Bapak langsung waspada mendengar penjelasan ini.
Dia menegaskan apakah ini berarti pengajuan proposalnya tidak akan cepat terealisir.
Dan saat mbaknya mengiyakan, si Bapak terus mengejar apakah ini berarti proposalnya baru akan ditindaklanjuti setelah pencoblosan.
Karena indikasinya mengarah ke situ, si Bapak mencoba bernegosiasi dengan senjata bahwa bukankah kalau proposal itu bisa terealisir sebelum pencoblosan, pasangan calon yang dimaksud dapat sekalian "sosialisasi program" ke mereka. Si Bapak tampaknya mencoba mengingatkan betapa penting korelasi yang ada-antara realisasi proposal dan kesempatan kampanye bagi pasangan calon dimaksud.
Tapi tampaknya, mbaknya tak goyah (atau terlalu capek melakukan rutinitas menerima-memberi pengertian-mendengarkan pengajuan proposal-proposal yang berdatangan).
Setelah usaha negoisasi tak berhasil, si Bapak akhirnya berpamitan.
Proposal si Bapak semakin membuat tumpukan proposal di meja mbaknya meninggi. Aku perkirakan jumlahnya lebih dari lima buah.
Dia bilang, "mbak tinggal sebentar aja, proposalnya udh segini kan."
Dan kami hanya tertawa.
Menertawakan sekaligus salut pada kegigihan "semut mencari gula"
Kamis, 01 Mei 2008
pangestu
"Mi, ni yang mo nemenin aku"
Hanya kalimat pendek itu yang sanggup terucap tadi.
Padahal, sebelumnya terpikir banyak kalimat perkenalan untuknya.
Untuk memperkenalkan seseorang penting yang jika Dia mengizinkan akan menjadi temanku sepanjang umur.
Aku ingin bilang bagaimana orang itu bisa mewujud sangat penting buatku.
Aku ingin bilang beberapa waktu lagi jika Dia mengizinkan kami akan menyatu.
Aku ingin bilang aku butuh kehadirannya.
Aku ingin bilang banyak hal.
Tapi ternyata hanya kalimat pendek itu saja yang sanggup terucap tadi.
Saat tanganku mencoba membersihkan keramik putih yang menutupi tempat terakhirnya.
Saat tanganku menyusun bunga mawar merah di bawah ukiran namanya.
Saat mataku meneteskan isinya tanpa bisa ditahan.
Hanya kalimat pendek itu saja.
Semoga menjelaskan semuanya.
Semoga semua yang kami inginkan selaras seperti yang Dia inginkan.
Amin.
Hanya kalimat pendek itu yang sanggup terucap tadi.
Padahal, sebelumnya terpikir banyak kalimat perkenalan untuknya.
Untuk memperkenalkan seseorang penting yang jika Dia mengizinkan akan menjadi temanku sepanjang umur.
Aku ingin bilang bagaimana orang itu bisa mewujud sangat penting buatku.
Aku ingin bilang beberapa waktu lagi jika Dia mengizinkan kami akan menyatu.
Aku ingin bilang aku butuh kehadirannya.
Aku ingin bilang banyak hal.
Tapi ternyata hanya kalimat pendek itu saja yang sanggup terucap tadi.
Saat tanganku mencoba membersihkan keramik putih yang menutupi tempat terakhirnya.
Saat tanganku menyusun bunga mawar merah di bawah ukiran namanya.
Saat mataku meneteskan isinya tanpa bisa ditahan.
Hanya kalimat pendek itu saja.
Semoga menjelaskan semuanya.
Semoga semua yang kami inginkan selaras seperti yang Dia inginkan.
Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)