Settingnya adalah sebuah kamar dengan dipan kayu bersusun dua. Sebenernya ini sebuah scene yang agak kabur dari file. Detil yang kabur. Hanya satu yang tertancap kuat, dialognya. Dialog antara seseorang yang lebih tua, mungkin seorang tante dengan seorang perempuan yang baru masuk kuliah.
Dialognya kira-kira seperti ini, ”Ibumu sudah masuk stadium 4. Jadi kemungkinannya sudah tipis”.
Si anak langsung menangis tersedu-sedu membenamkan suaranya di bantal. Suara yang dia lindungi agar tidak keluar dari tembok kamar itu dan menyeberang ke kamar sebelah di mana objek pembicaraan saat itu berada.
Setelah itu, ketika dia menemani sang Ibu topeng ”biasa-biasa aja kek ga tau apa-apa” di pasang. Topeng dilepas saat sudah berjarak diiringi usaha pelepasan beban dengan seprofesional mungkin.
Hampir sepuluh tahun kemudian, topeng yang sama terpaksa kembali dipakai. Kali ini dipakai saat menemui seorang perempuan yang baru menjadi Ibu. Sang Ibu yang beberapa hari setelah berjuang keras melahirkan belum juga dapat bertemu dengan buah hatinya. Dia masih terbaring di atas kasur di sebuah ruang kelas I di rumah sakit. Sudah bisa bergerak ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, namun belum juga mampu memaksakan diri berjalan ke kamar bayi yang berjarak beberapa kamar dari situ.
Dia hanya bisa melihat wajah buah hatinya di telepon genggam suaminya. Wajah dede—begitu dia selalu memanggilnya hampir sepuluh bulan terakhir—begitu mirip dengannya. Dia sempat mempertanyakan kenapa mata si kecil tertutup. Berbagai jawaban dan alasan disampaikan dengan hati perih oleh si Bapak baru. Si Bapak baru terus berusaha tersenyum di depan kekasihnya itu. Terus berjuang keras sambil menunggu sampai tiba waktunya kisah itu dialirkan. Kisah yang pasti akan menghancurkan hati dan harapan serta mimpi mereka.
Kisah yang berseting di kamar observasi, kamar operasi, kamar pasien klas I, dan lorong-lorong sebuah rumah sakit. Sebuah kronologi kejadian dari sore hari sebelumnya dan berakhir pagi hari berikutnya. Dengan akhir yang menghancurkan hati. Ketiadaan kehidupan seseorang yang kepadanya segala harapan, mimpi, dan kasih, dicurahkan oleh ibu, bapak, dan semua orang.
Air mata akan deras mengalir mengiringi kepedihan ini.
Semoga air mata itu dapat membasuh luka yang tergores dalam.
Untuk ponakan yang cantik...
Selamat berkumpul dengan Nenek yaa. Sampaikan salamku ;)
20080601 - 07.44/07.47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar